Lahan Asal Struktural
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pembentukan lahan pada proses geomorfologis mempunyai
banyak asal yang berguna untuk mengawali kajian tekstur lahannya. Salah satunya
adalah bentuk lahan asal struktural.
Bentuk lahan asal struktural merupakan proses pembentukan lahan yang disebabkan
oleh adanya proses endogen. Misalnya proses
pengangkatan, penurunan dan pelipatan kerak bumi. Contoh dari bentuk
lahan asal struktural adalah pegunungan lipatan, pegunungan patahan dan
pegunungan kubah.
1.2
Rumusan Masalahs
1.
Bagaimana
bentuk lahan asal struktural?
2.
Apakah Ciri-Ciri Bentuk Lahan Asal
Struktural?
3.
Bagaimana bentuk
lahan di daerah struktur lipatan, patahan dan lengkungan?
4.
Apa
Saja Satuan Geomorfologi?
1.3
Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah :
1.
Mengetahui
tentang bentuk lahan asal struktural.
2.
Mengetahui
Ciri-Ciri
Bentuk Lahan Asal Struktural.
3.
Mengetahui
Bagaimana bentuk lahan di daerah struktur lipatan,
patahan dan lengkungan.
4.
Mengetahui
Satuan Geomorfologi.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
BENTUK LAHAN ASAL STRUKTURAL
Pembentukan lahan pada proses geomorfologis mempunyai
banyak asal yang berguna untuk mengawali kajian tekstur lahannya. Salah satunya
adalah bentuk lahan asal struktural.
Bentuk lahan asal struktural merupakan proses pembentukan lahan yang disebabkan
oleh adaya proses endogen. Misalnya proses
pengangkatan, penurunan dan pelipatan kerak bumi. Contoh dari bentuk
lahan asal struktural adalah pegunungan lipatan, pegunungan patahan dan
pegunungan kubah.
bentuk
lahan asal structural tersusun dari seseri lapisan, baik yang telah terusik
oleh suatu tekanan maupun yang belum terusik. terbentuk karena adanya proses
endogen berupa tektonisme atau diastropisme . proses ini meliputi pengangkatan,
penurunan dan pelipatan kerak bumi sehingga terbentuk strujtur geologi lipatan
dan patahn. selain itu terdapat struktur horizontal yang merupakan struktur
asli sebelum mengalami perubahan. dari struktur pokok tersebut dapat dirinci
menjadi berbagai bentuk berdasarkan sikap lapisan batuan dan kemiringannya.
2.2
CIRI-CIRI
BENTUK LAHAN ASAL STRUKTURAL
1. dip
dan strike batuan resisten-non resisten jelas
2. horizon
kunci jelas
3. adanya
sesar, kekar, pecahan,:gawai sesar, sesar bertingkat
4. adanya
materi interusif: dike, kubah granitic
2.3
BENTUK LAHAN DI DAERAH STRUKTUR LIPATAN,
PATAHAN DAN LENGKUNGAN
Bentuk lahan
yang merupakan hasil bentukan asal struktural, seprti telah dikemukakan pada
bagian terdahulu bahwa disebabkan oleh tenaga endogen (tenaga yang berasal dari
dalam bumi) yang bisa berupa proses tektonik atau diastrofisme. Proses ini
meliputi pengangkatan, penurunan, dan pelipatan kulit bumi, sehingga terbentuk
struktur geologi berupa lipatan dan patahan.
Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan
untuk mendasari interpretasi dan identifikasi bentuk struktural adalah:
a. Perbedaan
daya tahan (resistensi) lapisan batuan terhadap tenaga yang bekerja. Lapisan
batuan yang resisten akan menghasilkan relief yang berbeda dengan batuan yang
kurang atau tidak resisten.
b. Pola
aliran pada bentukan struktural umumnya terkontrol oleh struktur.
c. Dalam melakukan identifikasi dan pengenalan
terhadap bentukan struktural, dasar pengenalan struktur adalah:
Ø Perlapisan
(stratifikasi) batuan
Ø Attitude
atau sikap lapisan (posisi bidang lapisan terhadap bidang horizontal yang
meliputi dip,strike, dip slope, face slope, dan scrap.
Ø Pola
aliran
Ø Kontinuitas
Ø Dislokasi
Ø Morfologi
permukaan
Bentuk lahan
hasil bentukan struktural ditentukan oleh tenaga endogen yang menyababkan
deformasi perlapisan batuan dengan menghasilkan lipatan, kubah, dan patahan
serta perkembangannya. Deformasi perlapisan batuan ini menyebabkan adanya
deformasi sikap perlapisan yang semula horisontal menjadi miring atau tegak dan
membentuk lipatan. Penentuan nama suatu bentukl ahan struktural pada dasarnya
di dasarkan pada sikap perlapisan batuan (dip dan strike). Dip adalah sudut
perlapisan batuan yang diukur terhadap bidang horisontal dan tegak lurus
terhadap jurus (strike).
Sedangkan jurus
(strike) merupakan arah garis perpotongan yang dibentuk oleh perpotongan antara
bidang perlapisan dengan bidan horizontal.
Adapun mengenai
Ilustrasi tentang dip dan strike disajikan pada Gambar berikut:

Gambar.
Dip dan Strike
1. Bentuk
Lahan Di Daerah Struktur Lipatan
Pertama
kali yang harus disadari bahwa suatu daerah yang berstruktur lipatan, oleh
tenaga eksogen dihancurkan melalui proses denudasional, sehingga permukaan
menjadi rata. Oleh karena itu kenanpakan topografi seperti antiklinal
dimungkinkan bukan menjadi punggungan topografi, demikian pula sinklinal
ditemukan bukan merupakan lembah. Di samping itu, dimungkinkan pula terjadi
pembalikan relief (inversion of relief) sebagai akibat dari bekerja
ulangnya tenaga endogen.
Berikut ini disajikan mengenai perataan
relief oleh tenaga eksogen dan pembalikan relief seperti pada Gambar:

Gambar
Perataan relief
Dari gambar tersebut tampak jelas bahwa
proses eksogen telah bekerja secara maksimal, sehingga terjadi perataan relief
pada daerah lipatan (Sudardja & Akub, 1977: 118)
Berdasarkan
pada gambar di atas, maka relief pertama berupa daerah struktur lipatan, dimana
antiklin merupakan punggung pegunungan lipatan, tetapi setelah mengalami proses
geomorfik terjadi sebaliknya, yaitu terbentuk lembah antiklin dan pegunungan
sinklin. Bentukan khas yang terdapat pada daerah berstruktur lipatan yang
berkenaan dengan pembentukan lipatan kulit bumi belum dijumpai pembentukan
baru, pada umumnya telah mengalami beberapa siklus geomorfologi, sehingga
bentanglahan yang ada banyak yang dijumpai multisiklis. Walaupun di banyak
tempat dipermukaan bumi ini telah mengalami proses demikian, di daerah yang
berstruktur lipat dapat dijumpai beberapa bentukan yang merupakan bentukan
khasnya. Adapun bentukan-bentukan khas tersebut berikut ini disajikan secara
satu persatu.
a.
Bentukan berupa pola aliran trellis
Pada
bagian terdahulu telah dikemukan mengenai pola pengaliran trellis itu terdiri
atas lembahlembah besar yang sejajar satu sama lain (lembah subsekwen), dan
anak-anak sungainya yang bermuara tegak lurus pada sungai yang sejajar
tersebut. Anak-anak sungai tersebut merupakan lembah obsekuen, resekwen atau
konsekwen.
Di
bawah ini merupakan pola pengaliran pada struktur lipatan.

Gambar. Pola pengaliran
di da erah struktur
lipatan dengan pola
pengaliran subsekuen,
resekuen, dan pola
aliran konsekuen, (Lobeck, 1939: 170)
b.
Bentukan berupa punggungan antiklinal
(anticlinal ridge)
Merupakan
punggungan atau pegunungan yang bertepatan dengan sinklinal. Pada umumnya
deretan pegunungan itu sejalan dengan sumbu/strike dari antiklinal itu. Bentuk
punggungannya membulat dan relief halus, dengan lerengnya berupa dip dari
struktur
c.
Bentukan berupa lembah antiklinal
(anticlinal valley),
merupakan
lembah-lembah yang berkembang sepanjang sumbu antiklinal. Bentukan ini
benar-benar menunjukkan pembalikan relief.
d.
Bentukan lembah sinklinal (synclinal
valley),
merupakan
lembah yang berkembang sepanjang sumbu sinklinal.
e.
Bentukan punggungan sinklinal (synclinal
ridge)
Merupakan punggungan yang berkembang
sepanjang sumbu sinklin. Inipun menunjukkan adanya pembalikan relief yang
sempurna. Punggungannya biasanya lebar dengan lereng yang curam.
f.
Bentukan berupa punggungan homoklinal
(homoclinal ridge)
Punggungan
homoklinal merupakan punggungan yang terdapat disetiap antiklinal/sinklinal
akibat pengirisan lembah pada saya dan sepanjang sayap itu., dengan sendirinya
punggungan ini akan berupa cuesta atau hogback tergatung kepada besarnya
kemiringan struktur. Bisanya bentukan ini dibatasi oleh adanya pergantian
kekerasan lapisan batuan yang berselang seling antara lapisan batuan lunak dan
lapisan yang keras. Cuesta adalah bentuk punggungan atau bukit yang kemiringan
lerengnya tidak sama sebagai akibat dari kedudukan lapisan-lapisan batuan
pembentuknya yang landai. Cuesta mempunyai lereng belakang (back slope)
yang landai dan lereng muka (inface) lebih curam. Apabila cuesta dengan
kedudukan lapisan batuan itu cukup curam dan kedua lereng bukit mempunyai kemiringan
yang hampir sama, maka dinamakan Hogback. Sedangkan bila kedudukan
lapisan itu mendatar, bukit yang demikian dinamakan messa. Messa yang
berukuran kecil disebut butte. Berikut ini bentuk bentukan seperti
cuesta, hogbeck, messa, butte, tersebut disajikan dlam Gambar:

g.
Bentukan berupa lembah homoklinal
(homoclinal valley)
Merupakan
lembah yang berkembang pada sayap antiklin atau sinklin. Sayap antiklin yang
berkembang menjadi lembah ini disebabkan oleh proses erosi/denudasi yang
kuat.Suatu sinklin atau antiklin tidak memanjang tanpa batas, tetapi dapat
menghilang atau berakhir secara berangsur-angsur. Tempat dimana sinklin atau
antiklin berakhir, dinamakan ujung antiklin atau pluging point). Kenampakan ini
akan sangat jelas terlihat pada bentukan cuesta atau hogback. Jika ada
kenampakan cuesta atau hogback yang berhadapan ini menunjukkan bahwa di antara
kedua bentukan tersebut adalah antiklinal dan sebaliknya jika kedua bentukan
tersebut saling membelakangi, maka di antaranya terletak sinklinal. Untuk
memperjelas bentukan yang telah dikemukan yang berkaitan dengan daerah
berstruktur lipatan,
berikut
ini disajikan secara visual seperti dalam Gambar yaitu rangkaian bentuk
punggungan dan lembah pada daerah berstruktur lipatan

Perlu
diingat bahwa ujung antiklinal biasanya agak membulat dan lerengnya melandai.
Tetapi terkadang juga ada yang curam dan kemudian menghilang secara tiba-tiba.
Sementara itu ujung sinklinal berakhirnya kelihatan lebih jelas, karena
menghilang dengan tiba-tiba, di samping makin menyempit dan dibatasi dengan
tebing yang curam. Guna memperjelas bagaimana cuesta yang terdapat pada ujung
antiklin,
dapat dilihat pada Gambar:

Gambar Cuesta pada ujung
antiklinal
2. Bentuk
Lahan Di Daerah Struktur Patahan
Dimuka
telah pula dijelaskan secara panjang lebar, bahwa patahan itu terjadi oleh
tekanan atau tarikan yang menyertai bentuk lipatan, kubah, kerutan yang
disertai dengan pergesesran.
a.
Flexure
Flexeure adalah suatu bentukan yang
terjadi jika pergeseran ke arah vertikal antara dua blok batuan yang besar,
hanya melampaui jarak yang tidak panjang, sehingga antara dua massa batuan yang
bergeser tersebut tidak sampai putus, melainkan hanya terjadi atau membentuk
takikan saja. Kemudian mengenai apakah sesar itu mampu membuat suatu morfologi
yang jelas?
Berkaitan dengan pertanyaan tersebut ada
dua pandangan yang satu sama lainnya mempunyai perbedaan. Pandangan yang
menjelaskan bahwa gradasi lebih cepat dari pada sesar dalam mbentuk morfologi,
sehingga sesar yang ada dianggap bukan hasil patahan secara langsung, tetapi
akibat erosi di atas sesar atau patahan yang telah ada baik yang lama maupun
yang masih baru. Sesar yang ada sekarang telah tererosi sejak zaman Mesozoicum,
pada saat awal terjadi pelipatan (Spurr , dalam Lobeck: 1930: 540).
Pandangan yang kedua, menyatakan bahwa
sesar dapat mengalahkan degradasi sehingga dapat membentuk morfologi secara
langsung. Pada dasarnya keduanya mempunyai persamaan bahwa permukaan bumi ini
terbentuk karena adanya ketidak stabilan, apakah stabil dalam hal geologi dan
geomorfologi yang stabil atau tidak stabil. Pada daerah yang stabil, dimana
morfologi akibat sesar merupakan hal
yang biasa. Jadi kedua pandangan tersebut masing-masing mempunyai kebenaran,
artinya ada morfologi yang langsung merupakan akibat sesar dan ada pula yang
disebabkan oleh erosi di atas daerah yang berstruktur patahan.
b. Tebing
Tidak setiap tebing merupaakan hasil
patahan, karena ada yang disebabkan oleh hal yang lain. Misalnya tebing pada
cuesta, hogback, messa, butte , tebing pada kelokan meander dan lain sebagainya
terjadi bukan karena sesar. Tebing akibat patahan disebut Fault scrap,
sedangkan terjadi bukan kerena patahan disebut Escarpment. Jadi Scarp
ada dua yaitu fault scrap dan escarpment. Tebing yang terjadi ada hubungannya
dengan sesar ada dua macam (Lobeck, 1930: 563), yaitu.
·
Fault scarp yaitu tebing yang terjadi
langsung kerena sesar. Tebing seperti ini mungkin mengalami pemunduran oleh
erosi, pelapukan atau masswasting. Oleh karena itu ada tebing muda, dewasa dan tua
dalam perkembangannya.
·
Fault line scarp, yaitu tebing yang
terjadi oleh pengerjaan erosi pada garis patahan, karena di kiri kanan garis
patahan itu terdapat batuan yang berlainan daya tahannya terhadap erosi.
Kenyataanya, tebing bisa terbentuk tersusun atau bertebing majemuk ataupun
bertingkat.
c. Horst
(blok patahan yang relatif naik) dan graben (bagian dari blok patahan yang
relatif turun).
Bentuk horst dan graben (slank dan
horst). Graben adalah suatu depresi patahan yang sempit dan memanjang serta
dibatasi oleh suatu bidang patanhan. Sedangkan Hosrt merupakan blok memanjang
yang muncul dan lebih tinggi dari daerah sekitarnya.
Graben dan horst ini mempunyai jenis
yang bervariasi, yaitu:
1.
Graben sederhana/tunggal,
2.
Horst sederana/tunggal,
3.
Graben campuran
4.
Horsrt campuran,
5.
Graben resekuen
6.
Asosiasi Graben dengan fenomena volkanis
d. Bentukan
khas pada sesar normal
Betukan topografi pada sesar normal,
keadaanya berlain-lainan tergantung kepada batuannya, apakah batuannya homogim
atau batan yang berlapis-lapis dengan kekerasan yang berbeda-beda pula sesuai
dengan meterial batuan penyusunnya. Pada batuan homogin, bentukan yang
dihasilkan oleh sesar tersebut adalah berupa pegunungan yang terangkat atau
dimiringkan sepanjang bidang patahan, kemudian pada batuan yang berlapis-lapis
akat terdapat topografi yang berlainan. Jika daerah tersebut berupa antiklinal
yang terpatah-patah atau merupakan suatu deretan hogbacks atu berupa deretan
pegununan homoklinal ataupu merupatan deretan cuesta tergantung kapada
kemiringan lapisan batuan yang tersesarkan.
e. Bentukan
khas pada sesar naik bersudut besar
Akibat sesar naik dengan sudut yang
besar menghasilakan bentukan dengan pengulangan pelapisan. Jika mengalami erosi
akan terbentuk pula pola pengaliran yang sama dengan di daerah pelipatan atau
daerah tersebut berlapis-lapis, dimana perlapisannya miring silih berganti
antara lapisan satu dengan lapisan yang lainnya (lapisan keras dan lapisan yang
lebih lunak.
Bentukan morfologinya
adalah seperti pada Gambar :

f.
Bentukan khas pada sesar naik bersudut
kecil (kelopak/thrust fault)
Bentukan yang terjadi pada kondisi ini
biasanya kurang jelas, karena pergesesran yang terjadi meliputi daerah yang
jauh, sebagai akibat dari pergerakan massa kulit bumi yang relatif jauh dengan
sudut kemuringan yang kecil, patahan ini terjadi pada jenis trust fault
(Lobeck, 1939: 559).
Setelah
kelopak tererosi, terkadang yang tinggal hanya sisa-sisa berupa bukit kecil
karena ada bagian batuan yang resisten. Bukit-bukit kecil tersebut diberi nama klippe,
yaitu secara topografi merupakan sisa kelopak (nappe outlier) yang
sama dengan cuesta outlier dan plateau outlier. Tetapi secara struktur tidak
sama, karena perlapisannya mempunyai perbedaan, yaitu lapisan yang lebih tua
ada di atas lapisan yang lenih muda, sebagai akibat dari lapisan yang tebal
menyusup ke bawah.
3. Bentuk
Lahan Di Daerah Struktur Patahan
Bentukan
khas di daerah struktur kubah dan antiklin adalah berbentuk elips dan
bentuknnya tergantung pula oleh kemiringan lapisan-lapiasn batuan penyusunnya
serta tingkat erosi yang telah terjadi pada daerah tersebut. Seperti halnya di
daerah struktur lipatan , pada struktur kubahpun pada umumnya telah mengalami
erosi pada tingkat lanjut dalam arti erosi yang bekerja sudah sangat intensif.
Berbicara
mengenai bentukan khas, perlu mengingat kembali tentang pembalikan relief
seperti yang telah dibicarakan pada bagian terdahulu. Dari hasil pembalikan relief
tersebut akan dapat membedakan kubah secara struktur dan kubah secara
topografi. Kaitannya dengan keadaan tersebut, maka akan ditemukan struktur
positif dengan topografi negatif, struktur positif dengan topografi positif dan
struktur negatif dengan topografi positf. Adapun bentukan-bentukan yang khas
pada daerah dengan struktur kubah adalah dalam hal:
a.
Pola pengaliran
Pola
pengaliran biasanya radial pada kubah muda dengan lembah termasuk lembah
konsekuen. Pola pengaliran anular pada kubah usia dewasa. Pola ini
memperlihatkan sungai-sungai besar membentuk lingkarann dan anak-anak sungai
bermuara tegak lurus dengan sengai induk. Lembah-lembah besar melingkar berupa
lembah subsekuen, sedangkan lembah-lembah cabangnya berupa lembah resekuen/
konsekwen. Perlu diketahui pula pola pengaliran yang sempurna seperti di atas
hanya terjadi pada daerah dengan struktur kubah yang luas dan pada kubah yang
kecil (tidak luas) sungai-sungai tudak akan terbentuk. Berikut ini disajikan
mengenai pola pengaliran di daerah dome/kubah yang luas
b.
Terdapat bentukan Cuesta, Hogback,
Messa, Butte, Flat iron.
Messa, butte, dan flat iron ini pada
dasarnya adalah suatu bukit sisa yang ada di daehar yang berstruktur kubah.
Biasanya bukitsisa ini material batuannya adalah resisten, sehingga dengan
meterial yang resisten terhadap erosi membentuk topografi yang menjulang
dibandingkan dengan deerah sekelilingnya.
2.4
SATUAN GEOMORFOLOGI
1) Blok Pegunungan Patahan
Suatu Bentukan lahan yang tidak teratur mempunyai Ketinggian di
atas 300, memberikan kenampakan yang di dominasi oleh proses-proses geotektonik
seperti
patahan, retakan dan rekahan kulit bumidengan arah yang simpang siur. Lereng curang sampai sangat
terjal, Proses geomorfologi erosi dan longsoran, Jenis batuannya Bervariasi. Drainase Baik, seringditemui
mata air, Jenis tanah bervariasi.
2) Blok Perbukitan Patahan
Suatu bentuk lahan yang tidak teratur, mempunyaiketinggian
75-300 m, memberikan kenampakan yangdi dominasi oelh proses-proses geo
tektonik positif seperti patahan, retakan dan rekahan kulit bumidengan arah yang simpang siur.
Lereng curam sampai terjal dengha proses
erosi da longsoran. Jenis batuan bervariasi,
drainase baik, sering di jumpai mata air, jenis tanah bervariasi.
3) Pegunungan Antiklinal
Suatu bentuk lahan yang tidak teratur, mempunyaiketinggian
diatas 300 m, dengan dip kedua sayapberlawanan arah. Lereng curam samapai sangat terjal dengan proses erosi dan longsoran. Jenis batuanterutama batuan sedimen, drainase baik, jenis
tanahbervariasi.
4) Perbukitan Antiklinal
Suatu bentukan yang tidak teratur, mempunyiaketinggian
75-300 m dengan dip pada kedua sayapberlawana arah. Lereng curam samapai
sangat terjaldenagn proses erosi dan longsoran. Jenis batuanterutama batuan
sedimen, drainase baik, jeins tanahbervariasi.
5) Pegunungan Sinklinal
Suatu betuk lahan yang tidak tertur, mempunyaiketinggian
diatas 300 m, dengan dip pada keduadayap berhadapan. Lereng curma sampai
terjal,dengan proses
erosi dan longsoran. Jenis batuanterutama batuan sedimen, drainase
sedang sampaibaik,
jenis tanah bervariasi.
6) Perbukitan Sinklinal
Suatu bentuk lahan yang tidak teratur, mempunyai ketinggian 75-300 m,
dengan dip pada kedua sayapberhadapan. Lereng curam sampai sangat terjal,dengan
proses erosi dan longsoran. Jenis batuanterutama batuan sedimen. Drainase baik,
jenis tanahbervariasi.
7) Pegunungan Monoklinal
Suatu bentukan lahan yang tidak tertur, mempunyaiketinggian diatas 300
m, dengan dip perlapisan satuarah, biasanya ditandai oleh lereng depan yang
terjaldan lereng belakang yang lebih landai. Lereng miringsampai sangat
curam, proses geomorfologi adalaherosi. Jenis batuan sedimen, drainase baik, jenis tanah bervariasi.
8) Perbukitan Monoklinal
Suatu bentukan lahan yang tidak tertur, mempunyaiketinggian 75-300 m, dengan dip
perlapisan satu arahdi tandai dengan adanya lereng depan lebih terjal danlereng belakang lebih landai. Lereng miring sampaisangat curam, dengan proses erosi. Jenis batuansedimen,
drainase baik, jeins tanah bervariasi.
9) Pegunungan Kubah
Suatu
bentuk lahan dengan puncak-puncak membulat, berketinggian
diatas 300 m dan mempunyai dipperlapisan
radial sentripental. Lereng curam samapiterjal dengan proses erosi, jeins batuan sedimen,drainase baik,
jenis tanah bervariasi.
10) Perbukitan Kubah
Suatu bebtuk lahan puncak membulat berketinggian75-300 m dan
mempunyai dip perlapisan radialsentripetal.
Lereng curam samapi terjal dengan proseserosi. Jenis batuan sedimen, drainase
baik, jeins tanahbervariasi.
11) Dataran Tinggi (Plateau)
Suatu bentuk lahan yang terbentuk dari rangkaianpegunungan
lipatan yang mengalami perubahanmenjadi struktur horizontal. Struktur tersebut
datrannyaris
(pineplain) kemudian terangkat sehinggamemberikan kenampakan lebih tinngi dari sekitarnya.Lereng datar sampai agak miring, dengan proseserosi. Jenis batuan sedimen, material permukaan
liatsampai kerikil. Drainase baik, jenis tanah bervariasi.
12) Lembah Sinklinal
Suatu
bentuk lahan lembah yang dicirikan oleh adanyakesan struktural dengan arah
pelapisan dari kedua sisilembah yang menujun
ke satu titik. Lereng agakmiring, proses geomorfologi adalah
sedimentasi. Jenisbatuan sedimen, material permukaan
aluvium.Drainase baik, jenis tanah bervariasi.
13) Sembul
Suatu bentuk lahan yang dipengaruhi oleh aktivitas geotektonik, sehingga
dijumpai bagian yang munculke permukaan serta memilki kesan kelurusan. Kedua sisi bagian
tersebut dibatasi oelh bidang patahan.Lereng miring sampai curam, proses
geomorfologierosi dan longsoran. Jenis batuan bervariasi, material permukaan laut
sampai kerikil, setempat-setempat di jumpai batu guling
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Pembentukan lahan pada proses geomorfologis mempunyai
banyak asal yang berguna untuk mengawali kajian tekstur lahannya. Salah satunya
adalah bentuk lahan asal struktural.
Bentuk lahan asal struktural merupakan proses pembentukan lahan yang disebabkan
oleh adaya proses endogen. Misalnya proses
pengangkatan, penurunan dan pelipatan kerak bumi. Contoh dari bentuk
lahan asal struktural adalah pegunungan lipatan, pegunungan patahan dan
pegunungan kubah.
a. ciri-ciri
bentuk lahan asal structural
1. dip
dan strike batuan resisten-non resisten jelas
2. horizon
kunci jelas
3. adanya
sesar, kekar, pecahan,:gawai sesar, sesar bertingkat
4. adanya
materi interusif: dike, kubah granitic
b. Bentuk lahan di daerah struktur lipatan, patahan dan
lengkungan
Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan
untuk mendasari interpretasi dan identifikasi bentuk struktural adalah:
a)
Perbedaan daya tahan (resistensi)
lapisan batuan terhadap tenaga yang bekerja. Lapisan batuan yang resisten akan
menghasilkan relief yang berbeda dengan batuan yang kurang atau tidak resisten.
b)
Pola aliran pada bentukan struktural
umumnya terkontrol oleh struktur.
c)
Dalam melakukan identifikasi dan
pengenalan terhadap bentukan struktural, dasar pengenalan struktur adalah:
Ø Perlapisan
(stratifikasi) batuan
Ø Attitude
atau sikap lapisan (posisi bidang lapisan terhadap bidang horizontal yang
meliputi dip,strike, dip slope, face slope, dan scrap.
Ø Pola
aliran
Ø Kontinuitas
Ø Dislokasi
Ø Morfologi
permukaan
c. Satuan Geomorfologi
a. Pegunungan
blok sesar.
b. Gawir
sesar.
c. Pegunungan/perbukitan
antiklinal.
d. Pegunungan/perbukitan
sinklinal.
e. Pegunungan/perbukitan
monoklinal.
f. Pegunungan/perbukitan
kubah.
g. Pegunungan/perbukitan
plato.
h. Teras
struktural.
i.
Perbukitan mesa.
j.
Graben (slenk).
k. Sembul
(horst).
B. Saran
Makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan oleh karena itu kritik dan saran dari para pembaca
sangat kami harapkan. Agar kedepan penyusunan makalah dikemudian hari lebih
baik.
DAFTAR
PUSTAKA
Buranda,J.P. 1990, Geologi Umum, Buku penunjang Perkuliahan Jurusan geografi
Komentar
Posting Komentar