Lahan Asal Struktural



BAB I
PENDAHULUAN


1.1       Latar Belakang
Pembentukan  lahan pada proses geomorfologis mempunyai banyak asal yang berguna untuk mengawali kajian tekstur lahannya. Salah satunya adalah  bentuk lahan asal struktural. Bentuk lahan asal struktural merupakan proses pembentukan lahan yang disebabkan oleh adanya proses endogen. Misalnya proses  pengangkatan, penurunan dan pelipatan kerak bumi. Contoh dari bentuk lahan asal struktural adalah pegunungan lipatan, pegunungan patahan dan pegunungan kubah.
1.2       Rumusan Masalahs
1.    Bagaimana bentuk lahan asal struktural?
2.    Apakah Ciri-Ciri Bentuk Lahan Asal Struktural?
3.    Bagaimana bentuk lahan di daerah struktur lipatan, patahan dan lengkungan?
4.    Apa Saja Satuan Geomorfologi?

1.3       Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah :
1.    Mengetahui tentang bentuk lahan asal struktural.
2.    Mengetahui Ciri-Ciri Bentuk Lahan Asal Struktural.
3.    Mengetahui Bagaimana bentuk lahan di daerah struktur lipatan, patahan dan lengkungan.
4.    Mengetahui Satuan Geomorfologi.





BAB II
PEMBAHASAN

2.1    BENTUK LAHAN ASAL STRUKTURAL
         Pembentukan  lahan pada proses geomorfologis mempunyai banyak asal yang berguna untuk mengawali kajian tekstur lahannya. Salah satunya adalah  bentuk lahan asal struktural. Bentuk lahan asal struktural merupakan proses pembentukan lahan yang disebabkan oleh adaya proses endogen. Misalnya proses  pengangkatan, penurunan dan pelipatan kerak bumi. Contoh dari bentuk lahan asal struktural adalah pegunungan lipatan, pegunungan patahan dan pegunungan kubah.
bentuk lahan asal structural tersusun dari seseri lapisan, baik yang telah terusik oleh suatu tekanan maupun yang belum terusik. terbentuk karena adanya proses endogen berupa tektonisme atau diastropisme . proses ini meliputi pengangkatan, penurunan dan pelipatan kerak bumi sehingga terbentuk strujtur geologi lipatan dan patahn. selain itu terdapat struktur horizontal yang merupakan struktur asli sebelum mengalami perubahan. dari struktur pokok tersebut dapat dirinci menjadi berbagai bentuk berdasarkan sikap lapisan batuan dan kemiringannya.

2.2        CIRI-CIRI BENTUK LAHAN ASAL STRUKTURAL
1.      dip dan strike batuan resisten-non resisten jelas
2.      horizon kunci jelas
3.      adanya sesar, kekar, pecahan,:gawai sesar, sesar bertingkat
4.      adanya materi interusif: dike, kubah granitic









2.3        BENTUK LAHAN DI DAERAH STRUKTUR LIPATAN, PATAHAN DAN LENGKUNGAN
Bentuk lahan yang merupakan hasil bentukan asal struktural, seprti telah dikemukakan pada bagian terdahulu bahwa disebabkan oleh tenaga endogen (tenaga yang berasal dari dalam bumi) yang bisa berupa proses tektonik atau diastrofisme. Proses ini meliputi pengangkatan, penurunan, dan pelipatan kulit bumi, sehingga terbentuk struktur geologi berupa lipatan dan patahan.
Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan untuk mendasari interpretasi dan identifikasi bentuk struktural adalah:
a.    Perbedaan daya tahan (resistensi) lapisan batuan terhadap tenaga yang bekerja. Lapisan batuan yang resisten akan menghasilkan relief yang berbeda dengan batuan yang kurang atau tidak resisten.
b.    Pola aliran pada bentukan struktural umumnya terkontrol oleh struktur.
c.  Dalam melakukan identifikasi dan pengenalan terhadap bentukan struktural, dasar pengenalan struktur adalah:
Ø  Perlapisan (stratifikasi) batuan
Ø  Attitude atau sikap lapisan (posisi bidang lapisan terhadap bidang horizontal yang meliputi dip,strike, dip slope, face slope, dan scrap.
Ø  Pola aliran
Ø  Kontinuitas
Ø  Dislokasi
Ø  Morfologi permukaan
Bentuk lahan hasil bentukan struktural ditentukan oleh tenaga endogen yang menyababkan deformasi perlapisan batuan dengan menghasilkan lipatan, kubah, dan patahan serta perkembangannya. Deformasi perlapisan batuan ini menyebabkan adanya deformasi sikap perlapisan yang semula horisontal menjadi miring atau tegak dan membentuk lipatan. Penentuan nama suatu bentukl ahan struktural pada dasarnya di dasarkan pada sikap perlapisan batuan (dip dan strike). Dip adalah sudut perlapisan batuan yang diukur terhadap bidang horisontal dan tegak lurus terhadap jurus (strike).
Sedangkan jurus (strike) merupakan arah garis perpotongan yang dibentuk oleh perpotongan antara bidang perlapisan dengan bidan horizontal.
Adapun mengenai Ilustrasi tentang dip dan strike disajikan pada Gambar berikut:

StrikeDip
Gambar. Dip dan Strike
1.      Bentuk Lahan Di Daerah Struktur Lipatan
        Pertama kali yang harus disadari bahwa suatu daerah yang berstruktur lipatan, oleh tenaga eksogen dihancurkan melalui proses denudasional, sehingga permukaan menjadi rata. Oleh karena itu kenanpakan topografi seperti antiklinal dimungkinkan bukan menjadi punggungan topografi, demikian pula sinklinal ditemukan bukan merupakan lembah. Di samping itu, dimungkinkan pula terjadi pembalikan relief (inversion of relief) sebagai akibat dari bekerja ulangnya tenaga endogen.







Berikut ini disajikan mengenai perataan relief oleh tenaga eksogen dan pembalikan relief seperti pada Gambar:
Gambar Perataan relief
Dari gambar tersebut tampak jelas bahwa proses eksogen telah bekerja secara maksimal, sehingga terjadi perataan relief pada daerah lipatan (Sudardja & Akub, 1977: 118)
         Berdasarkan pada gambar di atas, maka relief pertama berupa daerah struktur lipatan, dimana antiklin merupakan punggung pegunungan lipatan, tetapi setelah mengalami proses geomorfik terjadi sebaliknya, yaitu terbentuk lembah antiklin dan pegunungan sinklin. Bentukan khas yang terdapat pada daerah berstruktur lipatan yang berkenaan dengan pembentukan lipatan kulit bumi belum dijumpai pembentukan baru, pada umumnya telah mengalami beberapa siklus geomorfologi, sehingga bentanglahan yang ada banyak yang dijumpai multisiklis. Walaupun di banyak tempat dipermukaan bumi ini telah mengalami proses demikian, di daerah yang berstruktur lipat dapat dijumpai beberapa bentukan yang merupakan bentukan khasnya. Adapun bentukan-bentukan khas tersebut berikut ini disajikan secara satu persatu.
a.       Bentukan berupa pola aliran trellis
Pada bagian terdahulu telah dikemukan mengenai pola pengaliran trellis itu terdiri atas lembahlembah besar yang sejajar satu sama lain (lembah subsekwen), dan anak-anak sungainya yang bermuara tegak lurus pada sungai yang sejajar tersebut. Anak-anak sungai tersebut merupakan lembah obsekuen, resekwen atau konsekwen.



Di bawah ini merupakan pola pengaliran pada struktur lipatan.
Gambar. Pola pengaliran di da erah struktur
lipatan dengan pola pengaliran subsekuen,
resekuen, dan pola aliran konsekuen, (Lobeck, 1939: 170)

b.      Bentukan berupa punggungan antiklinal (anticlinal ridge)
Merupakan punggungan atau pegunungan yang bertepatan dengan sinklinal. Pada umumnya deretan pegunungan itu sejalan dengan sumbu/strike dari antiklinal itu. Bentuk punggungannya membulat dan relief halus, dengan lerengnya berupa dip dari struktur
c.       Bentukan berupa lembah antiklinal (anticlinal valley),
merupakan lembah-lembah yang berkembang sepanjang sumbu antiklinal. Bentukan ini benar-benar menunjukkan pembalikan relief.
d.      Bentukan lembah sinklinal (synclinal valley),
merupakan lembah yang berkembang sepanjang sumbu sinklinal.
e.       Bentukan punggungan sinklinal (synclinal ridge)
Merupakan punggungan yang berkembang sepanjang sumbu sinklin. Inipun menunjukkan adanya pembalikan relief yang sempurna. Punggungannya biasanya lebar dengan lereng yang curam.
f.       Bentukan berupa punggungan homoklinal (homoclinal ridge)
Punggungan homoklinal merupakan punggungan yang terdapat disetiap antiklinal/sinklinal akibat pengirisan lembah pada saya dan sepanjang sayap itu., dengan sendirinya punggungan ini akan berupa cuesta atau hogback tergatung kepada besarnya kemiringan struktur. Bisanya bentukan ini dibatasi oleh adanya pergantian kekerasan lapisan batuan yang berselang seling antara lapisan batuan lunak dan lapisan yang keras. Cuesta adalah bentuk punggungan atau bukit yang kemiringan lerengnya tidak sama sebagai akibat dari kedudukan lapisan-lapisan batuan pembentuknya yang landai. Cuesta mempunyai lereng belakang (back slope) yang landai dan lereng muka (inface) lebih curam. Apabila cuesta dengan kedudukan lapisan batuan itu cukup curam dan kedua lereng bukit mempunyai kemiringan yang hampir sama, maka dinamakan Hogback. Sedangkan bila kedudukan lapisan itu mendatar, bukit yang demikian dinamakan messa. Messa yang berukuran kecil disebut butte. Berikut ini bentuk bentukan seperti cuesta, hogbeck, messa, butte, tersebut disajikan dlam Gambar:
                     

g.      Bentukan berupa lembah homoklinal (homoclinal valley)
Merupakan lembah yang berkembang pada sayap antiklin atau sinklin. Sayap antiklin yang berkembang menjadi lembah ini disebabkan oleh proses erosi/denudasi yang kuat.Suatu sinklin atau antiklin tidak memanjang tanpa batas, tetapi dapat menghilang atau berakhir secara berangsur-angsur. Tempat dimana sinklin atau antiklin berakhir, dinamakan ujung antiklin atau pluging point). Kenampakan ini akan sangat jelas terlihat pada bentukan cuesta atau hogback. Jika ada kenampakan cuesta atau hogback yang berhadapan ini menunjukkan bahwa di antara kedua bentukan tersebut adalah antiklinal dan sebaliknya jika kedua bentukan tersebut saling membelakangi, maka di antaranya terletak sinklinal. Untuk memperjelas bentukan yang telah dikemukan yang berkaitan dengan daerah berstruktur lipatan,
berikut ini disajikan secara visual seperti dalam Gambar yaitu rangkaian bentuk punggungan dan lembah pada daerah berstruktur lipatan

         Perlu diingat bahwa ujung antiklinal biasanya agak membulat dan lerengnya melandai. Tetapi terkadang juga ada yang curam dan kemudian menghilang secara tiba-tiba. Sementara itu ujung sinklinal berakhirnya kelihatan lebih jelas, karena menghilang dengan tiba-tiba, di samping makin menyempit dan dibatasi dengan tebing yang curam. Guna memperjelas bagaimana cuesta yang terdapat pada ujung antiklin,


dapat dilihat pada Gambar:
Gambar Cuesta pada ujung antiklinal
2.      Bentuk Lahan Di Daerah Struktur Patahan
         Dimuka telah pula dijelaskan secara panjang lebar, bahwa patahan itu terjadi oleh tekanan atau tarikan yang menyertai bentuk lipatan, kubah, kerutan yang disertai dengan pergesesran.
a.  Flexure
Flexeure adalah suatu bentukan yang terjadi jika pergeseran ke arah vertikal antara dua blok batuan yang besar, hanya melampaui jarak yang tidak panjang, sehingga antara dua massa batuan yang bergeser tersebut tidak sampai putus, melainkan hanya terjadi atau membentuk takikan saja. Kemudian mengenai apakah sesar itu mampu membuat suatu morfologi yang jelas?
Berkaitan dengan pertanyaan tersebut ada dua pandangan yang satu sama lainnya mempunyai perbedaan. Pandangan yang menjelaskan bahwa gradasi lebih cepat dari pada sesar dalam mbentuk morfologi, sehingga sesar yang ada dianggap bukan hasil patahan secara langsung, tetapi akibat erosi di atas sesar atau patahan yang telah ada baik yang lama maupun yang masih baru. Sesar yang ada sekarang telah tererosi sejak zaman Mesozoicum, pada saat awal terjadi pelipatan (Spurr , dalam Lobeck: 1930: 540).


Pandangan yang kedua, menyatakan bahwa sesar dapat mengalahkan degradasi sehingga dapat membentuk morfologi secara langsung. Pada dasarnya keduanya mempunyai persamaan bahwa permukaan bumi ini terbentuk karena adanya ketidak stabilan, apakah stabil dalam hal geologi dan geomorfologi yang stabil atau tidak stabil. Pada daerah yang stabil, dimana morfologi akibat sesar  merupakan hal yang biasa. Jadi kedua pandangan tersebut masing-masing mempunyai kebenaran, artinya ada morfologi yang langsung merupakan akibat sesar dan ada pula yang disebabkan oleh erosi di atas daerah yang berstruktur patahan.
b. Tebing
Tidak setiap tebing merupaakan hasil patahan, karena ada yang disebabkan oleh hal yang lain. Misalnya tebing pada cuesta, hogback, messa, butte , tebing pada kelokan meander dan lain sebagainya terjadi bukan karena sesar. Tebing akibat patahan disebut Fault scrap, sedangkan terjadi bukan kerena patahan disebut Escarpment. Jadi Scarp ada dua yaitu fault scrap dan escarpment. Tebing yang terjadi ada hubungannya dengan sesar ada dua macam (Lobeck, 1930: 563), yaitu.
·         Fault scarp yaitu tebing yang terjadi langsung kerena sesar. Tebing seperti ini mungkin mengalami pemunduran oleh erosi, pelapukan atau masswasting. Oleh karena itu ada tebing muda, dewasa dan tua dalam perkembangannya.
·         Fault line scarp, yaitu tebing yang terjadi oleh pengerjaan erosi pada garis patahan, karena di kiri kanan garis patahan itu terdapat batuan yang berlainan daya tahannya terhadap erosi. Kenyataanya, tebing bisa terbentuk tersusun atau bertebing majemuk ataupun bertingkat.








c.       Horst (blok patahan yang relatif naik) dan graben (bagian dari blok patahan yang relatif turun).
Bentuk horst dan graben (slank dan horst). Graben adalah suatu depresi patahan yang sempit dan memanjang serta dibatasi oleh suatu bidang patanhan. Sedangkan Hosrt merupakan blok memanjang yang muncul dan lebih tinggi dari daerah sekitarnya.
Graben dan horst ini mempunyai jenis yang bervariasi, yaitu:
1.            Graben sederhana/tunggal,
2.            Horst sederana/tunggal,
3.             Graben campuran
4.             Horsrt campuran,
5.             Graben resekuen
6.             Asosiasi Graben dengan fenomena volkanis
d.      Bentukan khas pada sesar normal
Betukan topografi pada sesar normal, keadaanya berlain-lainan tergantung kepada batuannya, apakah batuannya homogim atau batan yang berlapis-lapis dengan kekerasan yang berbeda-beda pula sesuai dengan meterial batuan penyusunnya. Pada batuan homogin, bentukan yang dihasilkan oleh sesar tersebut adalah berupa pegunungan yang terangkat atau dimiringkan sepanjang bidang patahan, kemudian pada batuan yang berlapis-lapis akat terdapat topografi yang berlainan. Jika daerah tersebut berupa antiklinal yang terpatah-patah atau merupakan suatu deretan hogbacks atu berupa deretan pegununan homoklinal ataupu merupatan deretan cuesta tergantung kapada kemiringan lapisan batuan yang tersesarkan.
e.       Bentukan khas pada sesar naik bersudut besar
Akibat sesar naik dengan sudut yang besar menghasilakan bentukan dengan pengulangan pelapisan. Jika mengalami erosi akan terbentuk pula pola pengaliran yang sama dengan di daerah pelipatan atau daerah tersebut berlapis-lapis, dimana perlapisannya miring silih berganti antara lapisan satu dengan lapisan yang lainnya (lapisan keras dan lapisan yang lebih lunak.

Bentukan morfologinya adalah seperti pada Gambar :

f.        Bentukan khas pada sesar naik bersudut kecil (kelopak/thrust fault)
Bentukan yang terjadi pada kondisi ini biasanya kurang jelas, karena pergesesran yang terjadi meliputi daerah yang jauh, sebagai akibat dari pergerakan massa kulit bumi yang relatif jauh dengan sudut kemuringan yang kecil, patahan ini terjadi pada jenis trust fault (Lobeck, 1939: 559).
         Setelah kelopak tererosi, terkadang yang tinggal hanya sisa-sisa berupa bukit kecil karena ada bagian batuan yang resisten. Bukit-bukit kecil tersebut diberi nama klippe, yaitu secara topografi merupakan sisa kelopak (nappe outlier) yang sama dengan cuesta outlier dan plateau outlier. Tetapi secara struktur tidak sama, karena perlapisannya mempunyai perbedaan, yaitu lapisan yang lebih tua ada di atas lapisan yang lenih muda, sebagai akibat dari lapisan yang tebal menyusup ke bawah.
3.      Bentuk Lahan Di Daerah Struktur Patahan
         Bentukan khas di daerah struktur kubah dan antiklin adalah berbentuk elips dan bentuknnya tergantung pula oleh kemiringan lapisan-lapiasn batuan penyusunnya serta tingkat erosi yang telah terjadi pada daerah tersebut. Seperti halnya di daerah struktur lipatan , pada struktur kubahpun pada umumnya telah mengalami erosi pada tingkat lanjut dalam arti erosi yang bekerja sudah sangat intensif.


         Berbicara mengenai bentukan khas, perlu mengingat kembali tentang pembalikan relief seperti yang telah dibicarakan pada bagian terdahulu. Dari hasil pembalikan relief tersebut akan dapat membedakan kubah secara struktur dan kubah secara topografi. Kaitannya dengan keadaan tersebut, maka akan ditemukan struktur positif dengan topografi negatif, struktur positif dengan topografi positif dan struktur negatif dengan topografi positf. Adapun bentukan-bentukan yang khas pada daerah dengan struktur kubah adalah dalam hal:
a.       Pola pengaliran
Pola pengaliran biasanya radial pada kubah muda dengan lembah termasuk lembah konsekuen. Pola pengaliran anular pada kubah usia dewasa. Pola ini memperlihatkan sungai-sungai besar membentuk lingkarann dan anak-anak sungai bermuara tegak lurus dengan sengai induk. Lembah-lembah besar melingkar berupa lembah subsekuen, sedangkan lembah-lembah cabangnya berupa lembah resekuen/ konsekwen. Perlu diketahui pula pola pengaliran yang sempurna seperti di atas hanya terjadi pada daerah dengan struktur kubah yang luas dan pada kubah yang kecil (tidak luas) sungai-sungai tudak akan terbentuk. Berikut ini disajikan mengenai pola pengaliran di daerah dome/kubah yang luas
b.      Terdapat bentukan Cuesta, Hogback, Messa, Butte, Flat iron.
Messa, butte, dan flat iron ini pada dasarnya adalah suatu bukit sisa yang ada di daehar yang berstruktur kubah. Biasanya bukitsisa ini material batuannya adalah resisten, sehingga dengan meterial yang resisten terhadap erosi membentuk topografi yang menjulang dibandingkan dengan deerah sekelilingnya.








2.4        SATUAN GEOMORFOLOGI
1)      Blok Pegunungan Patahan
Suatu Bentukan lahan yang tidak teratur mempunyai Ketinggian di atas 300, memberikan kenampakan yang di dominasi oleh proses-proses geotektonik seperti patahan, retakan dan rekahan kulit bumidengan arah yang simpang siur. Lereng curang sampai sangat terjal, Proses geomorfologi erosi dan longsoran, Jenis batuannya Bervariasi. Drainase Baik, seringditemui mata air, Jenis tanah bervariasi.
2)      Blok Perbukitan Patahan
Suatu bentuk lahan yang tidak teratur, mempunyaiketinggian 75-300 m, memberikan kenampakan yangdi dominasi oelh proses-proses geo tektonik positif seperti patahan, retakan dan rekahan kulit bumidengan arah yang simpang siur. Lereng curam sampai terjal dengha proses erosi da longsoran. Jenis batuan bervariasi, drainase baik, sering di jumpai mata air, jenis tanah bervariasi.
3)      Pegunungan Antiklinal
Suatu bentuk lahan yang tidak teratur, mempunyaiketinggian diatas 300 m, dengan dip kedua sayapberlawanan arah. Lereng curam samapai sangat terjal dengan proses erosi dan longsoran. Jenis batuanterutama batuan sedimen, drainase baik, jenis tanahbervariasi.
4)      Perbukitan Antiklinal
Suatu bentukan yang tidak teratur, mempunyiaketinggian 75-300 m dengan dip pada kedua sayapberlawana arah. Lereng curam samapai sangat terjaldenagn proses erosi dan longsoran. Jenis batuanterutama batuan sedimen, drainase baik, jeins tanahbervariasi.



5)      Pegunungan Sinklinal
Suatu betuk lahan yang tidak tertur, mempunyaiketinggian diatas 300 m, dengan dip pada keduadayap berhadapan. Lereng curma sampai terjal,dengan proses erosi dan longsoran. Jenis batuanterutama batuan sedimen, drainase sedang sampaibaik, jenis tanah bervariasi.
6)      Perbukitan Sinklinal
Suatu bentuk lahan yang tidak teratur, mempunyai ketinggian 75-300 m, dengan dip pada kedua sayapberhadapan. Lereng curam sampai sangat terjal,dengan proses erosi dan longsoran. Jenis batuanterutama batuan sedimen. Drainase baik, jenis tanahbervariasi.
7)      Pegunungan Monoklinal
Suatu bentukan lahan yang tidak tertur, mempunyaiketinggian diatas 300 m, dengan dip perlapisan satuarah, biasanya ditandai oleh lereng depan yang terjaldan lereng belakang yang lebih landai. Lereng miringsampai sangat curam, proses geomorfologi adalaherosi. Jenis batuan sedimen, drainase baik, jenis tanah bervariasi.
8)      Perbukitan Monoklinal
Suatu bentukan lahan yang tidak tertur, mempunyaiketinggian 75-300 m, dengan dip perlapisan satu arahdi tandai dengan adanya lereng depan lebih terjal danlereng belakang lebih landai. Lereng miring sampaisangat curam, dengan proses erosi. Jenis batuansedimen, drainase baik, jeins tanah bervariasi.
9)      Pegunungan Kubah
Suatu bentuk lahan dengan puncak-puncak membulat, berketinggian diatas 300 m dan mempunyai dipperlapisan radial sentripental. Lereng curam samapiterjal dengan proses erosi, jeins batuan sedimen,drainase baik, jenis tanah bervariasi.

10)  Perbukitan Kubah
Suatu bebtuk lahan puncak membulat berketinggian75-300 m dan mempunyai dip perlapisan radialsentripetal. Lereng curam samapi terjal dengan proseserosi. Jenis batuan sedimen, drainase baik, jeins tanahbervariasi.
11)  Dataran Tinggi (Plateau)
Suatu bentuk lahan yang terbentuk dari rangkaianpegunungan lipatan yang mengalami perubahanmenjadi struktur horizontal. Struktur tersebut datrannyaris (pineplain) kemudian terangkat sehinggamemberikan kenampakan lebih tinngi dari sekitarnya.Lereng datar sampai agak miring, dengan proseserosi. Jenis batuan sedimen, material permukaan liatsampai kerikil. Drainase baik, jenis tanah bervariasi.
12)  Lembah Sinklinal
Suatu bentuk lahan lembah yang dicirikan oleh adanyakesan struktural dengan arah pelapisan dari kedua sisilembah yang menujun ke satu titik. Lereng agakmiring, proses geomorfologi adalah sedimentasi. Jenisbatuan sedimen, material permukaan aluvium.Drainase baik, jenis tanah bervariasi.
13)  Sembul
Suatu bentuk lahan yang dipengaruhi oleh aktivitas geotektonik, sehingga dijumpai bagian yang munculke permukaan serta memilki kesan kelurusan. Kedua sisi bagian tersebut dibatasi oelh bidang patahan.Lereng miring sampai curam, proses geomorfologierosi dan longsoran. Jenis batuan bervariasi, material permukaan laut sampai kerikil, setempat-setempat di jumpai batu guling







BAB III
PENUTUP

3.1          Kesimpulan
Pembentukan  lahan pada proses geomorfologis mempunyai banyak asal yang berguna untuk mengawali kajian tekstur lahannya. Salah satunya adalah  bentuk lahan asal struktural. Bentuk lahan asal struktural merupakan proses pembentukan lahan yang disebabkan oleh adaya proses endogen. Misalnya proses  pengangkatan, penurunan dan pelipatan kerak bumi. Contoh dari bentuk lahan asal struktural adalah pegunungan lipatan, pegunungan patahan dan pegunungan kubah.
a.       ciri-ciri bentuk lahan asal structural
1.      dip dan strike batuan resisten-non resisten jelas
2.      horizon kunci jelas
3.      adanya sesar, kekar, pecahan,:gawai sesar, sesar bertingkat
4.      adanya materi interusif: dike, kubah granitic
b.      Bentuk lahan di daerah struktur lipatan, patahan dan lengkungan
Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan untuk mendasari interpretasi dan identifikasi bentuk struktural adalah:
a)      Perbedaan daya tahan (resistensi) lapisan batuan terhadap tenaga yang bekerja. Lapisan batuan yang resisten akan menghasilkan relief yang berbeda dengan batuan yang kurang atau tidak resisten.
b)      Pola aliran pada bentukan struktural umumnya terkontrol oleh struktur.
c)      Dalam melakukan identifikasi dan pengenalan terhadap bentukan struktural, dasar pengenalan struktur adalah:
Ø  Perlapisan (stratifikasi) batuan
Ø  Attitude atau sikap lapisan (posisi bidang lapisan terhadap bidang horizontal yang meliputi dip,strike, dip slope, face slope, dan scrap.
Ø  Pola aliran
Ø  Kontinuitas
Ø  Dislokasi
Ø  Morfologi permukaan      

c.       Satuan Geomorfologi
a.       Pegunungan blok sesar.
b.      Gawir sesar.
c.       Pegunungan/perbukitan antiklinal.
d.      Pegunungan/perbukitan sinklinal.
e.       Pegunungan/perbukitan monoklinal.
f.       Pegunungan/perbukitan kubah.
g.      Pegunungan/perbukitan plato.
h.      Teras struktural.
i.        Perbukitan mesa.
j.        Graben (slenk).
k.      Sembul (horst).

B. Saran
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karena itu kritik dan saran dari para pembaca sangat kami harapkan. Agar kedepan penyusunan makalah dikemudian hari lebih baik.


















DAFTAR PUSTAKA

Buranda,J.P. 1990, Geologi Umum, Buku penunjang Perkuliahan Jurusan geografi


Komentar

Postingan populer dari blog ini

jigsaw, project based learning, pemahaman konsep penggunaan lahan

Perkembangan anak usia dini