jigsaw, project based learning, pemahaman konsep penggunaan lahan
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW DAN PROJECT BASED LEARNING UNTUK MENCAPAI KOMPETENSI
PEMAHAMAN WILAYAH DAN KETERAMPILAN MEMBUAT PETA PENGELOMPOKKAN PENGGUNAAN LAHAN
Sulpiandi
Program Studi Pendidikan Geografi, Pascasarjana
Universitas Negeri Malang
Email:
sulpiandi.sy@gmail.com
Abstrak
Materi
kewilayahan dan pengelompokkan penggunaan lahan menuntut siswa untuk memiliki
kemampuan memahami dan terampil membuat peta. Kemampuan siswa memahami di
sekolah masih sangat rendah. Materi kewilayahan yang luas, membuat siswa
mempelajari dengan cara mengahafal. Siswa hanya bisa mambaca peta, namun belum
mempunyai kemampuan untuk membuat peta. Salah satu strategi yang dapat
digunakan untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif yang sesuai adalah jigsaw yang digunakan untuk mencaoai
pemahaman siswa. Sedangkan untuk mencapai keterampilan siswa dalam membuat peta
pengelompokkan penggunaan lahan adalah model pembelajaran project based learning.
Kata kunci: jigsaw,
project based learning, pemahaman konsep penggunaan lahan
Geografi adalah
ilmu yang mempelajari hubungan kausal berbagai gejala dan
peristiwa yang terjadi di muka bumi, baik fisik maupun yang menyangkut makhluk
hidup beserta permasalahannya melalui pendekatan keruangan, ekologi, dan
regional, pengertian
tersebut tertuang dalam Kurikulum 2013.
Mata pelajaran Geografi membangun dan mengembangkan
pemahaman peserta didik tentang variasi dan organisasi spasial masyarakat,
tempat dan lingkungan pada muka bumi. Peserta didik didorong untuk memahami
aspek dan proses fisik yang membentuk pola muka bumi, karakteristik dan
persebaran spasial ekologis di permukaan bumi. Selain itu peserta didik dimotivasi
secara aktif dan kreatif untuk menelaah bahwa kebudayaan dan pengalaman
mempengaruhi persepsi manusia tentang tempat dan wilayah.
Pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai yang diperoleh
dalam mata pelajaran Geografi diharapkan dapat membangun kemampuan peserta
didik untuk bersikap, bertindak cerdas, arif, dan bertanggungjawab dalam
menghadapi masalah sosial, ekonomi, dan ekologis. Pada tingkat pendidikan dasar
mata pelajaran Geografi diberikan sebagai bagian integral dari Ilmu Pengetahuan
Sosial (IPS), sedangkan pada tingkat pendidikan menengah diberikan sebagai mata
pelajaran tersendiri.
Menurut “Abler” (1971) Dalam
bukunya “Spatial Organization the Geographer’s View of the World”
mengatakan bahwa Geografi mengkaji struktur dan
proses fenomena dan permasalahan dalam ruang. Berkaitan dengan itu, geografi selalu berbicara dengan peta untuk
mengkaji struktur keruangan suatu permasalahan.
Mata
pelajaran Geografi khususnya kompetensi dasar pemahaman konsep dan pembuatan peta pengelompokkan penggunaan
lahan di wilayah kabupaten/kota/provinsi mempunyai karakteristik berupa
memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan faktual,
konseptual prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang
ilmu pengetahuan, serta mengolah, menalar, menyaji dan mencipta dalam ranah
konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengambangan dari yang dipelajari di
sekolah
Sedangkan
tuntutan mata pelajaran geografi khususnya kompetensi dasar pemahaman
konsep dan pembuatan peta pengelompokkan
penggunaan lahan di wilayah kabupaten/kota/provinsi yaitu mengharuskan siswa
untuk paham dengan konsep wilayah dan pewilayahan dalam perencanaan tata ruang
serta mampu untuk membuat peta pengelompokkan penggunaan lahan di wilayah
kabupaten/kota/provinsi secara mandiri dan kreatif.
Kenyataan
yang ada di lapangan, ditemukan banyak siswa yang merasa kesulitan dalam
memahami KD ini, dikarenakan kemampuan memahami wilayah dan keterampilan siswa
dalam membuat peta masih sangat rendah. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor
yaitu pembelajaran Geografi disampaikan oleh guru terlalu kaku dan kurang
inovatif, sehingga berpengaruh terhadap pemahaman dan hasil belajar siswa.
Berkaitan
dengan keadaan siswa terutama dalam pembelajaran geografi khususnya materi
pemahaman konsep wilayah dan
keterampilan membuat peta masih rendah, maka untuk mengatasi masalah
tersebut, diperlukan suatu teknik pembelajaran yang baru yang mengajak siswa
berlatih secara langsung mempraktekkan kompetensi memahami konsep wilayah dan
membuat peta secara menarik, variatif, dan bermakna. Gagasan yang dapat diambil
yaitu menciptakan pembelajaran yang kreatif dan inovatif, yakni
mengimplikasikan model pembelajaran yang cocok sesuai materi yang akan
diajarkan yaitu jigsaw dan project based learning. Tujuan
pembelajaran jigsaw dengan materi tersebut adalah untuk memahami adalah untuk meningkatkan pemahaman dan
keterampilan siswa dengan materi yang diajarkan guru sehingga berpengaruh
terhadap hasil belajar siswa.
Kompetensi
Pemahaman Wilayah Dan Keterampilan Membuat Peta Pengelompokkan Penggunaan Lahan
Mata
pelajaran Geografi khususnya materi kewilayahan adalah merupakan materi yang
luas, dikarenakan wilayah atau region diartikan sebagai suatu bagian permukaan
bumi yang memiliki karakteristik khusus atau khas tersendiri yang menggambarkan
satu keseragaman atau homogenitas sehingga dengan jelas dapat dibedakan dari
wilayah-wilayah lain di daerah sekitarnya. Karakteristik khas dari suatu
wilayah dapat berupa keadaan alam (kondisi fisik), ekonomi, demografi, dan
sosial-budaya.
Keterampilan
membuat peta sangat diperlukan dalam pembelajaran geografi termasuk materi
penggunaan lahan. Selain mampu mambaca peta yang sudah disediakan oleh guru,
siswa juga harus mampu membuat peta sendiri. Ruang lingkup penggunaan lahan
yang luas dapat diperkecil dengan menggunakan peta. Area yang dijelaskan oleh
materi sangat luas dan bersifat umum, sehingga siswa merasa sangat kesulitan
untuk memetakannya. Dengan demikian dibutuhkan suatu model pembelajaran berbasis
proyek yang dapat membantu siswa dalam membuat peta pengelompokkan penggunaan
lahan. Keterampilan membuat peta sangat diperlukan dalam materi ini karena
dapat meningkatkan kemampuan spasial siswa serta melatih daya ingat siswa.
Indikator permasalahan konsep
wilayah yang tertuang dalam Kurikulum 2013 yaitu siswa dapat menjelaskan
konsep wilayah dan perwilayahan dalam perencanaan tata ruang wilayah nasional,
provinsi, dan kabupaten/kota berdasarkan rasa ingin tahunya terhadap
pengetahuan dan teknologi, mengolah data pengelompokkan penggunaan lahan di
wilayah kabupaten/kota/provinsi berdasarkan data wilayah setempat secara
mandiri serta bertindak efektif dan menciptakan data berupa peta pengelompokkan
penggunaan lahan di wilayah kabupaten/kota/provinsi secara mandiri dan kreatif
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan dan teknologi.
Guru merupakan faktor utama dalam
proses pembelajaran Geografi terutama materi kewilayahan, oleh sebab itu
dibutuhkan kreatifitas guru dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini guru dapat
menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan materi sehingga memudahkan
siswa dalam proses pemahaman materi. Guru dapat mengukur
tingkat pemahaman siswa dengan mengadakan tes. Tes adalah suatu cara untuk
mengadakan penilaian yang berbentuk suatu tugas atau serangkaian tugas yang
harus dikerjakan oleh peserta didik, sehingga menghasilkan suatu nilai tentang
tingkah laku atau prestasi pebelajar tersebut, yang dapat dibandingkan dengan
nilai yang dicapai oleh peserta didik lain atau dengan nilai standar yang
ditetapkan. Menurut Nana Sudjana, 2008
(dalam artikel Indonesia), karakteristik soal-soal pemahaman sangat mudah
dikenal. Misalnya mengungkapkan tema, topik, atau masalah yang sama dengan yang
pernah dipelajari atau diajarkan, tetapi materinya berbeda. Mengungkapkan
tentang sesuatu dengan bahasa sendiri dengan simbol tertentu termasuk ke dalam
pemahaman terjemahan. Dapat menghubungkan hubungan antar unsur dari keseluruhan
pesan suatu karangan termasuk ke dalam pemahaman penafsiran. Item ekstrapolasi
mengungkapkan kemampuan di balik pesan yang tertulis dalam suatu keterangan
atau tulisan. Aspek memahami dalam ranah kognitif diperlukan dalam materi
pemahaman konsep ini. Aspek memahami adalah kemampuan seseorang untuk mengerti
atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata
lain, memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari
berbagai segi. Seseorang peserta didik dikatakan memahami sesuatu apabila ia
dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci tentang hal
itu dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Pemahaman merupakan jenjang
kemampuan berfikir yang setingkat lebih tinggi dari ingatan atau hafalan.
Menurut taksonomi Bloom, di tingkat ini seseorang memilik kemampuan untuk
menangkap makna dan arti tentang hal yang dipelajari. Adanya kemampuan dalam
menguraikan isi pokok bacaan, mengubah data yang disajikan dalam bentuk
tertentu ke bentuk lain. Kemampuan ini setingkat lebih tinggi daripada
kemampuan.
Model
Pembelajaran Jigsaw Dan Project
Based Learning
Teknik
mengajar Jigsaw dikembangkan dan diuji oleh Elliot Arronson dan rekan-rekannya
di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan kawan-kawan di
Universitas John Hopkin. Model pembelajaran
jigsaw adalah model pembelajaran yang dirancang untuk memberikan kesempatan
belajar yang adil kepada semua siswa dan juga memberikan kesempatan yang sama
untuk terlibat aktif dalam pembelajaran. Model pembelajaran Jigsaw memberikan
kesempatan kepada setiap siswa untuk mempelajari bagian materi ajar sehingga ia
akan menjadi ahli dibidangnya. Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang
terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas
penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan bagian tersebut kepada
anggota lain dalam kelompoknya. Pembelajaran kooperatif dengan model Jigsaw
mempunyai karakteristik atau ciri adalah 1) Siswa belajar dalam kelompok kecil
yang terdiri dari 4-6 orang dengan memperhatikan keheterogenan. 2) Bekerjasama
positif dan setiap anggota bertanggung jawab untuk mempelajari masalah tertentu
dari materi yang diberikan dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota
kelompok yang lain. 3) Terdapat kelompok asal dan kelompok hasil yang saling
bekerjasama. Kelebihan model jigsaw yaitu 1) Mempermudah
pekerjaan guru dalam mengajar, karena sudah ada kelompok ahli yang bertugas
menjelaskan materi kepada rekan-rekannya. 2) Pemerataan penguasaan materi dapat dicapai dalam waktu
yang lebih singkat. 3) Metode
pembelajaran ini dapat melatih siswa untuk lebih aktif dalam berbicara dan
berpendapat. 4) Siswa yang
lemah dapat terbantu dalam menyelesaikan masalah, menerapkan
bimbingan sesama teman, rasa harga diri siswa yang lebih
tinggi dan memperbaiki kehadiran. 5) Pemahaman materi lebih mendalam, meningkatkan
motivasi belajar. 6) Dalam proses
belajar mengajar siswa saling ketergantungan positif. 7) Dapat memberikan kesempatan kepada
siswa untuk bekerjasama dengan kelompok lain. 8) Setiap siswa saling mengisi satu
sama lain.
Model
pembelajaran Project Based Learning
adalah model pembelajaran yang melibatkan siswa dalam kegiatan pemecahan
masalah dan memberi peluang siswa bekerja secara otonom mengkonstruksi belajar
mereka sendiri, dan puncaknya menghasilkan produk karya siswa bernilai dan
realistik. Ciri-ciri model pembelajaran Project
Based Learning adalah 1) Keterpusatan
(centrality) Proyek dalam pembelajaran berbasis proyek adalah pusat atau inti
kurikulum, bukan pelengkap kurikulum ,didalam pembelajaran proyek adalah
strategi pembelajaran, pelajaran mengalami dan belajar konsep konsep inti suatu
disiplin ilmu melalui proyek. Model ini merupakan pusat strategi pembelajaran,
dimana siswa belajar konsep utama dari suatu pengetahuan melalui kerja proyek.
Oleh karena itu, kerja proyek bukan merupakan praktik tambahan dan aplikasi
praktis dari konsep yang sedang dipelajari, melainkan menjadi sentral kegiatan
pembelajaran dikelas. 2) Berfokus pada pertanyaan atau
masalah. Proyek dalam PBL adalah berfokus pada pertanyaan atau masalah , yang
mendorong pelajar menjalani (dalam kerja keras ) konsep-konsep dan
prinsip-prinsip inti atau pokok dari disiplin. 3) Investigasi
konstruktif atau desain. Proyek melibatkan pelajaran dalam investigasi
konstruktif dapat berupadesain, pengambilan keputusan, penemuan masalah,
pemecahan masalah, deskoveri akan tetapi aktifitas inti dari proyek ini harus
meliputi transformasi dan kontruksi pengetahuan, 4) Bersifat
otonomi pembelajaran. Lebih mengutamakan otonomi, pilihan waktu kerja dan
tanggung jawab pelajaran terhadap proyek. 5) Bersifat
realisme. Pembelajaran berebasis proyek melibatkan tantangan kehidupan nyata ,
berfokus pada pertanyaanatau masalah autentik bukan simulative dan pemecahannya
berpotensi untuk diterapkan dilapangan yang sesungguhnya. Sedangkan keunggulan
dari model pembelajaran Project
Based Learning adalah 1) Meningkatkan motivasi belajar
peserta didik untuk belajar, mendorong kemampuan mereka untuk melakukan
pekerjaan penting, dan mereka perlu untuk dihargai. 2) Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah. 3) Membuat peserta didik menjadi lebih aktif dan berhasil
memecahkan problem-problem yang kompleks. 4) Meningkatkan
kolaborasi. 5) Mendorong peserta didik untuk mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan komunikasi. 6) Meningkatkan keterampilan peserta didik dalam mengelola sumber.
7) Memberikan pengalaman kepada peserta didik
pembelajaran dan praktik dalam mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu
dan sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas. 8) Menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan peserta didik secara
kompleks dan dirancang untuk berkembang sesuai dunia nyata. 9) Melibatkan para peserta didik untuk belajar mengambil informasi dan
menunjukkan pengetahuan yang dimiliki, kemudian diimplementasikan dengan dunia
nyata. 10) Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan, sehingga peserta didik maupun
pendidik menikmati proses pembelajaran.
Jigsaw Dan Project
Based Learning dalam Mencapai Kompetensi Pemahaman Wilayah dan Keterampilan
Membuat Peta Pengelompokkan Penggunaan Lahan
Pembelajaran
yang bermakna merupakan pembelajaran yang membuat siswa memahami dengan materi
yang sedang dipelajarinya. Semakin tinggi tingkatan belajar peserta didik, maka
semakin tinggi pula tuntutan cara berpikirnya. Materi pemahaman konsep wilayah
menuntut siswa untuk memenuhi aspek pemahaman. Aspek pemahaman adalah kemampuan untuk memahami arti, interpolasi,
interpretasi instruksi (pengarahan) dan masalah. Munaf (dalam Eri, 2009)
mengemukakan bahwa “pemahaman merupakan salah satu jenjang kemampuan dalam
proses berpikir di mana siswa dituntut untuk memahami yang berarti mengetahui
sesuatu hal dan melihatnya dari berbagai segi”. Pada tingkatan ini, selain
hafal, siswa juga harus memahami makna yang terkandung, misalnya dapat
menjelaskan suatu gejala, dapat menginterpretasikan grafik, bagan atau diagram
serta dapat menjelaskan konsep atau prinsip dengan kata-kata sendiri. Contoh
kata kerja yang digunakan yaitu: menyajikan, menggolongkan, mengutip, mengubah,
menguraikan, mendiskusikan, memperkirakan, menjelaskan, menyamaratakan, memberi
contoh-contoh, menginterpretasikan, menjelaskan, mengemukakan kembali (dengan
kata-kata sendiri), meringkas, meniru, serta memahami.
Pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw sesuai apabila diterapkan pada materi-materi yang tidak
banyak memuat rumus atau persamaan namun lebih banyak memuat teori-teori. Materi
yang demikian memudahkan siswa untuk membaca sendiri sebelum pembelajaran di
kelas dimulai. Jadi siswa diharapkan sudah memiliki pengetahuan dasar sebelum
dilakukan pembelajaran. Hal ini sesuai dengan prinsip pembelajaran tipe Jigsaw
yang mengedepankan pengalaman siswa dan pada pelaksanaannya siswa harus berbagi
pengalaman ataupun pendapat kepada siswa lain (dalam Sihotang, 2012).
Bersadarkan
uraian di atas, menujukkan bahwa model pembelajaran jigsaw dapat digunakan untuk mencapai kemampuan memahami pada
materi kewilayahan. Cakupan materi yang luas akan lebih praktis sehingga
pembelajaran lebih bermakna dan menyenangkan. Beberapa indikator yang harus dicapai peserta
didik dalam kemampuan memahami konsep kewilayahan yauti: 1) Menjelaskan
konsep wilayah dan perwilayahan dalam perencanaan tata ruang wilayah nasional,
provinsi, dan kabupaten/kota 2) Mengelompokkan penggunaan lahan di wilayah
kabupaten/kota/provinsi berdasarkan data wilayah setempat 3) Menciptakan data
berupa peta pengelompokkan penggunaan lahan di wilayah kabupaten/kota/provinsi.
Berdasarkan uraian serta indikator tersebut, maka dapat disusun langkah-langkah
pembelajaran jigsaw sebagai berikut:
1) Siswa dibagi atas beberapa kelompok
(tiap kelompok beranggita 5-6 orang). 2) Materi pelajaran berupa kewilayahan
diberikan kepada siswa dalam bentuk teks yang telah dibagi-bagi menjadi sub
bagian yaitu wilayah berdasarkan iklim matahari, wilayah berdasarkan kondisi
fisiografisnya, wilayah berdasarkan pembagian waktu,wilayah berdasarkan tipe
vegetasinya, wilayah berdasarkan kondisi geologis, dll. 3) Setiap anggota
kelompok membaca sub bab yang ditugaskan dan bertanggung jawab untuk
mempelajarinya. 4) Anggota dari kelompok lain telah mempelajari subbab yang
sama bertemu dalam kelompok-kelompok ahli untuk mendiskusikannya. 5) Setiap
anggota kelompok ahli setelah kembali ke kelompoknya bertugas mengajar
teman-temanya. 6) Pada pertemuan dan diskusi kelompok asal, siswa dikenai
berupa kuis individu untuk menguji seberapa besar tingkat pemahaman materi yang
sudah diajarkan.
Kompetensi dasar selanjutnya adalah
menuntut siswa untuk terampil membuat peta, dengan mengggunakan model
pembelajaran berbasis proyek. Pembelajaran Berbasis
Proyek (PjBL) adalah metode
pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai media. Peserta didik
melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan informasi untuk
menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar. Sehingga sesuai dengan materi pengelompokkan lahan yang
produr akhirnya berupa peta. Langkah-langkah proses pembelajaran berbasis
proyek yaitu, 1) Menentukan pertanyaan mendasar tentang konsep pengelompokkan
penggunaan lahan. 2) Mendesain perencanaan proyek, yaitu dengan membagi siswa
menjadi 4-5 kelompok, setiap kelompok memiliki projek dengan tema yang berbeda.
Setiap kelompok melakukan proyek di luar sekolah dengan mencari data atau
informasi di perpustakaan atau internet. Hasil observasi dan pengumpulan data
dijadikan sebagai bahan membuat produk akhir berupa peta. Beriut ini merupakan
tahapan membuat peta pengelompokkan lahan, 1) Tahap pengunpulan data yaitu
menyiapkan informasi dasar berupa kelompok-kelompok penggunaan lahan,
menyiapkan komponen peta berupa judul, skala serta koordinat. 2) Menyusun
jadwal aktivitas dalam menyelesaikan proyek. 3) Memonitor siswa dan kemajuan
proyek yaitu memonitor terhadap aktivitas siswa selama menyelesaikan proyek,
dapat dilakukan di dalam kelas dengan melaporkan hasil proyek sementara. 4)
Menguji hasil proyek yaitu mempresentasikan di depan kelas, guru memberikan
penilaian yang berguna mengukur pemahaman siswa dalam pembuatan peta. 6)
Mengevaluasi pengalaman yaitu melakukan irefleksi terhadap aktivitas dan hasil
proyek yang sudah dijalankan.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka
dapat diketahui daya serap serta pemahaman peserta didik terhadap materi lebih
tinggi daripada menggunakan model pembelajaran yang konvesional. Selain itu
peserta didik dapat menyerap materi pelajaran dengan baik jika melakukan
praktik sendiri.
KESIMPULAN
Model pembelajaran jigsaw dan project based learning dalam materi konsep kewilayan dan
pengelompokkan penggunaan lahan dapat
menjadi solusi guru dalam meningkatkan kemampuan memahami siswa. Model pembelajaran jigsaw dapat meningkatkan pemahaman
siswa terhadap materi konsep kewilayahan, sedangan model project based learning dapat membantu siswa dalam meningkatkan
keterampilannya dalam membuat peta pengelompokkan penggunaan lahan sehingga
dapat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
Mata
pelajaran Geografi khususnya materi pemahaman konsep wilayah lebih menekankan
siswa untuk mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasi
materi tersebut. Sehingga dibutuhkan pemilihan model pembelajaran yang sesuai
dengan materi yang akan diajarkan kepada siswa. Pemilihan model pembelajaran
tersebut bertujuan untuk siswa memiliki kemampuan dalam menguasai materi yang diajarkan dan
meningkatkan kemapuan Ranah kognitif
Dengan
mengembangkan kedua model tersebut dapat menciptakan pembelajaran lebih kreatif
dan inovatif. Disamping itu dapat menjadikan siswa semakin paham dengan materi
yang diajarkan guru. Model pembelajaran jigsaw lebih menekankan siswa untuk
memahami komptensi dasar pemahaman konsep karena pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran jigsaw
dapat melatih siswa menjadi lebih aktif dan siswa yang lemah dapat terbantu
dalam memecahkan masalah. Model pembelajaran project based learning menekankan siswa untuk mencari data sendiri
kemudian dituangkan dalam bentuk informasi (peta).
DAFTAR RUJUKAN
Sari,
Nila. 2013. Hakikat Geografi.
(Online) https://geografikoe.files.wordpress.com/2013/10/hakikat-geografi-2.pdf,
diakses pada tanggal 25 November 2016.
Artikel Indonesia. 2011. Tes Pemahaman Sebagai Alat Evaluasi. (Online) http://www.artikelind.com/2011/10/tes-pemahaman-sebagai-alat-evaluasi.html, diakses pada tanggal 26 November
2016
Damanik, erikson. 2016. Pengertian Dan Ciri-Ciri Pembelajaran Project Based Learning/PjBL Menurut Ahli. (Online) http://pengertian-pengertian-info.blogspot.co.id/2016/01/pengertian-dan-ciri-ciri-pembelajaran.html, diakses pada tanggal 26 November 2016
F
Tawadlu'un.2014. Konsep Taksonomi Bloom.(Online)
http://eprints.walisongo.ac.id/4050/4/083911004_bab3.pdf.
Dikses pada tanggal 25 November 2016
Hendrik Boby Hertanto. 2011. Mata Pelajaran Geografi Untuk Sekolah Menengah Atas. (Online). http://geoenviron.blogspot.co.id/2011/07/mata-pelajaran-geografi-untuk-sekolah.html, diakses pada tanggal 25 November 2016.
Majid,
Abdul. 2015. Strategi Pembelajaran.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Respati, dian. 2015. Konsep Wilayah dan Perwilayahan. (Online) http://geografisku.blogspot.co.id/2015/11/konsep-wilayah-dan-pewilayahan.html, diakses pada tanggal 25 Novermber 2016
Sitohang,
Ijah
Mulyani. 2015. Model
Pembelajaran Jigsaw Dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Akuntansi. (Online) http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/snpak/article/download/6721/4585, diakses
pada tanggal 25 November 2016
Sulistiono. Konsep Wilayah dan Pusat Pertumbuhan.
(Online) http://damandiri.or.id/file/sulistionoipbbab2.pdf, diakses
pada tanggal 25 November 2016
Universitas
Negeri Malang. Pedoman Penulisan Karya
Ilmiah. 2010. Malang: Universitas Negeri Malang.
Komentar
Posting Komentar